Sabtu, Desember 20, 2008

Ramadhan? So What? Kamis, 25 September 2008

Ramadhan, tapi koq gini yah? Jam segini orang muslim biasanya tarawih, tapi mal koq tetap penuh? Saya pikir kalau jam-jam seperti ini mal tidak akan penuh dengan pengunjung yang memang mau belanja kebutuhan lebaran ataupun cuma sekedar window shopping alias just looking-looking aja. Kenyataannya beda sekali dengan yang saya lihat saat itu....

Memang saat itu saya berniat buka puasa bersama keluarga di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Wajarlah kalau pada saat buka puasa penuh sesak dengan orang-orang yang memang mau buka bersama juga di sana. Ada yang bersama keluarga, kekasih ataupun dengan teman-teman. Di suatu restoran cepat saji bahkan ada sekelompok orang yang sepertinya berkumpul dengan teman-teman lamanya, terlihat dari bagaimana mereka cipika-cipiki (cium pipi kanan, cium pipi kiri) pada saat bertemu, tertawa riang layaknya orang yang jarang bertemu sampai-sampai mengabadikan saat-saat itu dengan berfoto bersama. Mengencangkan lagi tali silaturahmi sambil buka bersama, gitu loh...

Ironisnya, setelah buka puasa biasanya dilanjutkan dengan shalat magrib, atau bahkan sebelum makan shalat magribnya, setelah itu lanjut dengan shalat isya dan tarawih. Tapi saat itu yang berangkat ke mushala di tempat itu hanya bisa dihitung dengan jari, malah lebih banyak yang tetap asyik dengan kegiatannya masing-masing.

Setelah waktu shalat Isya, terdengar alunan musik berirama "Black Musik", musik R&B dan saudara-saudaranya yang bisa dinyanyikan oleh orang-orang kulit hitam di Amerika sana. Bunyi musik tetap hingar-bingar. Orang-orang memenuhi tempat itu untuk menikmati musik mereka, termasuk saya. Saya suka segala jenis musik, apalagi jenis musik yang satu ini, beatnya cepat kesannya yang mendengarkan jadi gembira. Saya menikmati pertunjukan mereka sampai selesai, tidak terlalu malam memang, hanya kira-kira sampai pukul 9 malam.

Sementara dalam hati masih ingin melanjutkan menjelajah ke toko-toko pakaian yang ada disekitar itu, tapi saya urungkan niat itu. Karena esok hari anak-anak harus sekolah. Memang hari itu bukan hari libur sekolah. Jadi kami harus bergegas untuk melanjutkan perjalanan kami menuju rumah. Sedangkan jarak tempuh antara mal dan rumah lumayan jauh, ditambah lagi kalau macet. Huuuh....

Saat menuju tempat parkir kendaraan, kamipun melewati deretan tempat hiburan seperti cafe, coffee shop dan karaoke. Woooow.... Tempat-tempat itu penuh sesak dengan pengunjung! Di tempat karaoke yang saya pikir jika ramadhan begini pastinya sepi, ternyata tidak saudara-saudara.... Bahkan mereka antri dengan suka rela menunggu ruang-ruang karaoke yang telah penuh dengan pengunjung sebelumnya. Yah, mungkin itu hal yang yang sah-sah saja, tapi saya jadi tergelitik dengan pertanyaan anak saya, kenapa koq saat ramadhan tempat-tempat seperti itu malah penuh sesak dengan pengunjung yang “hang out” , weleh.... weleh.....

Memang pada saat itu kami juga tidak tarawih di mesjid seperti biasa, tapi kami tarawih di rumah sekeluarga, sepulang dari acara buka bersama. Tapi cuma suami dan anak-anak saja, sedangkan saat itu saya sedang ada “tamu bulanan”. Suatu hal yang hanya diberikan oleh Allah kepada mahluknya yang disebut wanita.

Saya jadi ingat beberapa hari yang lalu, setelah shalat tarawih kami sekeluarga pergi ke salah satu rumah teman suami saya. Perjalanan menuju rumahnya memang lewat “daerah rawan laki-laki”. Maksud looo...? Yaah... ditempat itu banyak sekali “wanita” berjakun alias wanita jadi-jadian. Awalnya, saya sama sekali tidak pernah berfikir bahwa di tempat ini ada yang aneh-aneh. Anak-anak saya sampai bingung melihatnya, karena memang “wanita-wanita” itu berpenampilan sangat seksi, melebihi wanita tulen. Saya yang sudah puluhan tahun jadi wanita saja belum pernah berdandan macam itu. Baju koq bahannya seperti jala? Ikaaan kaleee? Hehehe....

Yang jadi masalah sekarang adalah ini ramadhan gitu loh.... Koq ya masih ada yang aneh-aneh begitu? Mbok ya nanti-nanti setelah ramadhan atau setelah lebaran.... lho... lho....? Melihat kenyataan pusat perbelanjaan penuh di malam hari saja sudah membuat saya mengernyitkan dahi, apalagi melihat yang seperti ini? Astagfirullaaah.....

Ironisnya... (ironis terus deh...), ada beberapa pasangan yang memang sengaja menjadikan tempat tersebut untuk berkencan. Tempat itu memang lumayan remang-remang dan jauh dari keramaian. Tapi...... Tidak beberapa jauh dari tempat “wanita-wanita” dan para pasangan yang sedang kasmaran itu, ternyata berjajar para pedagang. Bukan hanya satu atau dua pedagang saja, tapi mungkin belasan! Artinya, tempat itu bukan tempat yang “aman” untuk mereka. Bahkan suasana ramainya sisi yang lain dari tempat itu hampir mirip seperti pasar malam! Aneh juga yah? Sungguh suatu keadaan yang bertolak belakang.

Di tengah perjalanan menuju rumah saya jadi berfikir, bukankah Ramadhan bukan untuk suatu kelompok atau suatu golongan saja? Untuk semua muslim. Tapi koq kenyataan yang baru saja saya hadapi seperti ini? Ini adalah sebuah fenomena yang benar-benar ada disekitar kita, semoga bisa menjadi bahan perenungan untuk kita semua nenuju keadaan yang lebih baik lagi. Dan mudah-mudahan juga dapat memberikan jawaban yang bijak untuk diri kita sendiri, terutama dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan anak kita yang makin hari makin kritis sesuai dengan bertambahnya usia mereka.

Wassalam.....

Tidak ada komentar: