Sabtu, Desember 20, 2008

Memandikan Jenazah? Siapa Takut? Jumat, 24 Oktober 2008

Kain kafan, peti jenazah, keranda dan teman-temannya.... Siapa yang nggak takut? Melihat benda-benda itu saja sudah membuat bulu kuduk sebagian orang berdiri. Padahal kelak kita juga akan menemui hal yang sama, kembali kepadaNya dan dihadapkan pada benda-benda seperti itu..... Kenapa harus takut? Bukan takut tapi ngeri? Halah, sama aja deh...

Mungkin begitu perasaan kita, tapi tidak bagi ibu yang satu ini. Awalnya ia bekerja di sebuah Dinas Pemakaman di Jakarta. Tapi justru bukan untuk memandikan jenazah. Pemandi jenazah biasanya adalah orang-orang yang sudah berumur, jarang orang-orang yang seusia beliau memiliki kemampuan memandikan mayat. Mungkin karena takut melihat jenazah ataupun karena masih belum siap mati.

Dalam bertugas beliau harus selalu siap siang malam untuk dipanggil orang yang memerlukan jasanya. Siapa yang tau ajal kita? Pagi, siang, atau malamkah? Jam berapa? Who Knows? Apakah kita bisa tawar menawar dalam hal ini? Tidak sama sekali. Semua itu adalah rahasia Allah....

Oleh karena itulah, tidak ada kata tidak jika ada orang yang memerlukan jasanya kapan dan dimanapun, tengah malam juga beliau selalu siap untuk tugas mulia itu. Saat kita sedang terlelap dan terbuai mimpi, bisa jadi beliau sedang sibuk dengan tugasnya, memandikan jenazah di malam buta. Apalagi jika ada keluarga yang meminta datang untuk memandikan jenazah di rumah sakit tempat almarhum/almarhumah sakit atau kecelakaan yang jaraknya jauh dari rumah? Bisa kebayang kan, bagaimana beratnya tugas beliau?

Memandikan jenazah tengah malam di ruang jenazah yang sepi, beliau hanya ditemani satpam yang pada saat itu sedang bertugas dan berjaga di depan pintu masuk ruang jenazah saja. Sementara beliau di ruang jenazah memandikan jenazah dan mengkafankan sendirian, sambil menunggu keluarga almarhum/almarhumah yang akan datang. Kalau saja keluarga yang ditunggu cepat datang, kalau tidak? Ga kebayang deh, kalau saya jadi beliau, jangankan untuk memandikan atau menunggui jenazah seperti itu, mendengar ceritanya saja saya sudah tutup telinga! Horor bangets.......

Banyak sekali suka duka beliau sebagai pemandi jenazah. Anda sudah pernah dengar cerita yang katanya ada seseorang yang ditampar mayat? Nah, beliau ini juga pernah mengalami kejadian seperti itu. Tapi, apa memang benar ditampar mayat seperti yang diceritakan di koran-koran dan tabloid-tabloid misteri itu? Ternyata sama sekali tidak.

Ada seseorang yang meninggal di Rumah Sakit, sedangkan pihak RS tidak tau pastinya jam berapa orang itu meninggal. Jadi kondisi mayat sudah kaku, untuk itu suster mengikat kedua tangan di depan perutnya seperti posisi kita jika sedang shalat. Ketika jenazah ingin dimandikan, ikatan tangan dibuka kembali ke posisi semula. Gubrakkk!! Saat itulah tangan jenazah lurus kembali dan menuju ke arah pundak beliau, seperti layaknya menampar! “Mau dimandiin aja pake nampar segala sih?” Hehehe... Sempat-sempatnya bercanda ama mayat...

Juga cerita tentang jenazah yang jasadnya tidak bisa diserap oleh air ketika dimandikan layaknya daun talas yang tersiram air. Konon katanya hal ini terjadi karena si pemilik jasad memiliki ilmu yang sebelum meninggal belum diambil dari raganya. Setelah “guru” orang tersebut dipanggil untuk melepaskan ilmu yang dimiliki, jasadnya kembali seperti sediakala, kulitnya bisa menyerap air seperti layaknya kulit manusia pada umumnya.

Yang paling menyedihkan adalah saat ada seorang ibu yang meninggal karena penyakit diabetes yang dideritanya. Beliau memiliki tiga orang anak laki-laki yang semuanya sudah berhasil, sudah jadi “orang”. Sayangnya, keberhasilan mereka tidak diaplikasikan dengan ahlak yang baik.

Saat ibu mereka meninggal dunia, mereka tidak ada yang menungguinya dengan alasan sibuk. Jadi tidak seorangpun yang mendampingi sang ibu saat beliau menghembuskan nafas yang terakhir. Yang ada di sisi sang ibu hanyalah pembantu dan tukang kebun. Karena memang hanya mereka yang menemani dan mengurus keperluan ibu tersebut sehari-hari, sampai akhir hayatnya.

Yang membuat hati miris, saat sang ibu meninggal. Pemandi jenazah meminta anak-anaknya untuk mengangkat jenazah ke bak mandi jenazah karena mau dimandikan. Tak ada seorang anakpun yang mau. Akhirnya hanya tukang kebun, pembantu dan pemandi jenazah saja yang mengangkat jasad ibu mereka.

Setelah jenazah dimandikanpun anak-anaknya masih juga tidak ada yang mau mengangkat ibu mereka untuk diletakkan di atas kain kafan. Akhirnya ada seorang anak yang bersedia mengangkatnya, tapi setelah ia mengangkat jenazah ibunya, tangannya langsung cepat-cepat dicuci bersih dengan cairan pembunuh kuman! Supaya tidak tertular penyakit ibu, katanya. Astagfirullaaah....

Saat shalat jenazah, merekapun tidak ada yang bersedia menyolatkan, karena mereka tidak bisa mengerjakan shalat jenazah. Sungguh malang benar nasib sang ibu....

Tiba waktunya untuk menguburkan jenazah, tidak seorangpun yang bersedia untuk naik ke mobil ambulan yang membawa ibu mereka, dengan alasan takut (sama ibu sendiri koq takut?) Mereka lebih nyaman duduk di mobil mewah mereka masing-masing.

Jika sudah begini, siapakah yang salah? Salah orang tua dalam mendidik anak? Ataukah salah si anak sendiri yang tidak berbakti kepada orang tua? Padahal saat seperti itu adalah pengabdian terakhir bagi anak terhadap orang tuanya.

Kesan-kesan mendalam seperti itulah yang sering dihadapi oleh beliau, pemandi jenazah. Kadang beliau pulang ke rumah sambil menangis karena peristiwa yang menyedihkan seperti itu. Sambil berpesan kepada anak-anaknya agar tidak mencontoh perilaku yang tidak baik jika beliau meninggal kelak. Seperti yang dialami saat ini.

Alangkah besar jasa-jasanya. Menjalankan tugas tanpa pamrih dan tanpa kenal lelah. Tidak peduli kaya atau miskin, semua sama dihadapannya. Melakukan tugas sebaik-baiknya tanpa pandang bulu. Lillaahi ta’aala...

Banyak sekali pelajaran dan hikmah yang bisa dipetik dari pengalamannya Dengan itu kita jadi ingat bahwa suatu saat kita juga akan mati. Dan alangkah baiknya jika kita juga belajar bagaimana cara-cara memandikan jenazah. Bukan untuk terima jasa memandikan jenazah, tapi minimal untuk keluarga kita ataupun orang tua kita sendiri. Karena hal itu adalah wujud dari pengabdian terakhir seorang anak kepada orang tuanya. Mudah-mudahan anak-anak kita kelak menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua mereka. Amin, Ya Robbal Alamiin.....

1 komentar:

Unknown mengatakan...

moshi Rini San
Hajimemashite...( semoga bener yah )

Iseng2 googling tentang memandikan jenazah setelah menonton film Jepang Okuribito ( udah ntn lum ), terharu sekali, kuliah sastra Jepang kan yah Rini San, suka Jmovie or Jdorama dunks? klo tere suka banget, tere pengen bisa mengantar orang terdekat seperti di film itu, its fragile either elegant, first bath for a new birth.