Tangan-tangan mungil itu begitu dekil
bersimpuh di tepi trotoar
memandang besi-besi beroda nan angkuh
berpuluh bahkan ratusan tatap jijik menujunya
Malam ini,
dimana lagi ia akan bernaung
berpeluk dengkulnya sendiri
mengusir dingin yang beku
sampai menusuk tulang
Terkadang hanya telan ludah sendiri
Tuk usir dahaga
Yang mencekik leher
Berkali-kali tangan mungil itu menadah
Berharap iba dari kita
Hanya lambaian tangan tanda “tidak” untuknya
Apakah hanya itu yang pantas mereka dapatkan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar