Minggu, Oktober 19, 2008

Melihat Mata Dewa di Anyer

Melihat Mata Dewa di Anyer

Libur tlah tiba, libur tlah tiba, hore... hore... horeee....!! Senangnya nemuin liburan lagi, liburan Hari Raya Idul Fitri. Setelah satu bulan lamanya puasa dan jarang-jarang pergi ke luar rumah. Buka puasa di luar rumahpun hanya beberapa kali saja. It’s time to far away from home!

Karena khawatir macet dan antisipasi hal-hal lainnya, aku berangkat pukul 06:15, sampai di sana kira-kira pukul 07:45. Cepat bukan? Perjalanan cuma memakan waktu 1,5 jam saja dari Bekasi. Mungkin karena kecepatan kendaraan kami yang tinggi dan lengangnya jalan yang kami lalui. Mantaaapp.....

Tujuanku ke daerah pantai yang ada di sekitar anyer. Tepatnya aku menginap di sebuah resort yang ada di daerah Pabuaran, letaknya setelah Pantai Karang Bolong dan Pantai Anyer. Ternyata pantai disini mempunyai nama yang berbeda-beda. Tiap pantai ada pembatasnya dan diberi nama yang berbeda pula.

Harga satu kamar penginapan dari Rp 450.000 – Rp 1.500.000, lumayan..... Kami putuskan untuk menginap di kamar yang harganya ada di tengah-tengah harga tersebut. Kamarnya lumayan besar untuk kami yang berjumlah 8 orang. Ada 2 springbed single yang bisa digelar bagian atasnya, hingga cukup untuk 8 orang. Di dalam kamar juga tersedia air panas, TV 21 inchi dan kulkas kecil.

Fasilitas resort terdiri kolam renang, billiard dan karaoke. Setiap yang menginap akan diberikan 2 voucher gratis untuk sarapan. Selebihnya jika ingin sarapan di sini anda harus membayar Rp 25.000/ orang.

Pantai di lokasi ini memang sudah dibersihkan dari karang-karang yang biasanya banyak ditemui di sepanjang pantai. Ada perahu-perahu kecil yang disewakan, harganya Rp 200.000/jam. Biasanya ada penjaja ikan asin, otak-otak bahkan ada juga penjual jasa tatto, yang setahuku ada di pantai daerah Bali, ternyata kini merambah ke Anyer. Oh iya... Ada juga yang menjajakan jasa pijit di sini, sayangnya yang katanya pijit, tapi menurutku bukan pijit namanya kalau badan kita cuma di elus-elus sebentar dan dilumuri minyak, kayak ayam mau digoreng aja.... Bayarannyapun cukup mahal, Rp 25.000 hanya dalam waktu kira-kira 10-15 menit saja! Sungguh terlalu!

Woow ... It’s a Sun Set... Endang boow... Benar-benar endang-surendang.... Aku jadi ingat syair lagu Iwan Fals “Seperti Mata Dewa”. Memang begitu gambaran matahari yang terbenam saat itu. Warna jingga yang mengintip dibalik awan abu-abu. Indahnya cipataanMu Ya Allah.....

Saking lelahnya main ombak dilanjut dengan renang, tak anehlah kalau perutku keroncongan. Mau makan di tempat ini, pastilah harganya mahal. Sedangkan jumlah kami berdelapan. Aku dan suami pergi ke warung-warung kecil di daerah Karang Bolong untuk membeli makan malam, dengan harapan mudah-mudahan harga-harga di sini lebih terjangkau.

Eng... ing... eng.... Tanpa pikir panjang lagi, aku pesan bakso, begitu juga dengan suamiku. Sehabis bermain agak ketengah laut, kepalaku jadi agak pening karena terhantam ombak yang lumayan besar. Asinnya air garampun sempat masuk ke mulut, hidung dan kupingku. Kupikir, alangkah segarnya kalau makan bakso pedas dan panas untuk menghilangkan rasa sakit di kepalaku.

Sambil menyantap bakso, aku memesan 4 nasi goreng dan 5 rempeyek udang untuk keluarga. Setelah selesai makan, dengan santainya aku tanya total harga dari makanan yang dibungkus dan yang telah kami makan. Tertulis di bon, Rp 197.000. Gubraaakkkk!!! Ga salah neeehh?? My God.... Harga nasi goreng dan bakso di sini ternyata sama dengan nasi goreng dan bakso ala resto di Jakarta.

Naluri ibu-ibuku tiba-tiba muncul, jadi rewel dan agak protes. Aku koq merasa harga-harga tersebut enggak masuk akal? Akhirnya, diturunkanlah harga makanan-makanan itu menjadi Rp 160.000. Kalau tak pikir-pikir lebih baik kami makan di resort? Cuma kira-kira 35.000/orang. Meneketehe?

Setelah kira-kira pukul 20.00 WIB malam akupun ke karaoke yang disediakan disana. Lumayan juga antrinya. Aku pilih lagu-lagu yang akan kunyanyikan sambil kutulis kode lagu di secarik kertas yang disodorkan operator karaoke, sayangnya lagu-lagu jadul semua yang tersedia. Lumayan juga untuk hiburan, daripada tidak....

Mungkin kira-kira 8 lagu sudah kunyanyikan, tapi operator tetap keluar ruangannya dan menyodorkan secarik kertas lagi untuk kutulisi, lagi.. lagi... dan lagi. Alhasil aku berkaraoke ria sejak jam 20:00 sampai jam 23:35, sampai-sampai serak tenggorokan ini. Mungkin aku terus menerus di suruh nyanyi supaya tempat itu ramai dan banyak yang makan dan minum di restorannya. Jadi bukan karena suaraku bagus. Hehehehe... Jangan nuduh doong.....

Malam sudah semakin larut, deburan ombak seakan memanas, tambah berdentum kencang. Entah kenapa aku justru suka dengan suara-suara alam seperti ini. Walaupun kalau dipikir-pikir agak mengerikan. Saat ini memang laut sedang pasang. Air dipantai yang tahun lalu saat aku ketempat ini tidak mendekat ke arah kamar, saat ini sangat dekat dengan kamar. Jadi bunyi dentuman ombaknyapun lumayan kencang.

Diantara dentuman ombak dan belaian angin laut, aku jadi berhayal andai saja aku bawa gitar dan nyanyi berdua dengan orang yang kucintai. Tambah indah deh suasananya... sayang sekali suasana yang romantis seperti ini dilewati begitu saja. Halah.... Sentimentil kayak seniman aja....

Keesokan harinya, tak lupa aku belanja oleh-oleh, walaupun harganya lebih mahal dari harga di pasar dekat rumah. Tapi orang pastinya lebih suka yang benar-benar asli Anyer, walaupun jenis makanannya sama. Anyer mainded? Entahlah....

Nah... Aku punya tips yang perlu diperhatikan. Kalau anda ingin makan di warung, belanja oleh-oleh maupun ada yang menawarkan jasa seperti pijit atau tatto, dan lain-lain, lebih baik anda tanya dulu harganya, daripada anda kecewa seperti aku.

Salam.....

Tidak ada komentar: